Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
Teh yang dibuat dari
pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik
dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh
putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain
sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok.
Daun teh yang
dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun
mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan
pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional
Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan
bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk
seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).
Proses oksidasi
dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya
memakan waktu 2-3 hari.
Daun teh dibiarkan
teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan
jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan
sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi
dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang
adalah "teh merah" karena air teh sebenarnya berwarna merah. Orang
Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam.
Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos
yang termasuk golongan teh herbal.
Teh hitam masih dibagi menjadi 2 jenis:
Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode
produksi teh Crush, Tear, Curl yang
berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended)
dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode
pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis
Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi
sesuai standar Orange Pekoe.
Pu-erh (Póu léi dalam bahasa
Kantonis)
Teh pu-erh terdiri
dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang
masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan
beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh
mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang"
dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya
menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan
mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan
mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan.
Teh
pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu
bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap
kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami
proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin
enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30
tahun bahkan 50 tahun supaya matang.
Pakar bidang teh dan penggemar teh belum
menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan
selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja
diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan
merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit.
Orang Tibet
mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
Pusat Informasi :
Phone and SMS : 081-329-844-684PIN : 59ABCB03
Telp Dilayani Pukul o9.00 - 16.00 WIB
Konsultasi Dan Presentasi Marketing ( Harap Membuat Janji Terlebih Dahulu Minimal 7 Hari Aktif )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar